Kamis, 03 Februari 2011

Kekuatan Mimpi - Fiksi Yang Tercipta Lewat Anggun



Seorang ayah yang masih berusia muda terbangun dari tidurnya. Dia baru saja bermimpi melihat seorang anak perempuan duduk diatas awan.
Mimpi bertemu malaikat?
Oh bukan, anak kecil dalam mimpinya itu tidak punya sayap. Tetapi anak perempuan itu memiliki senyum yang tidak kalah manis dari senyum malaikat.

Tetapi kenapa dia duduk diatas awan? Apakah dia sedang menunggu pesawat lewat? Atau mungkin suatu saat nanti dia akan terbang setinggi awan?

Anakku perempuan. Dia anggun sekali duduk diatas awan!, teriak pria itu dengan gembira.
Istrinya yang sedang hamil anak keduanya tentu saja kaget. Lahirnya saja masih beberapa bulan lagi, kok sudah tau kalau anaknya ini perempuan.

Mbok ya jangan tidur disiang bolong, Pak. Biar mimpinya enggak aneh-aneh. Mana ada anak perempuan duduk diatas awan, selorohnya istrinya lembut.
Bener, Bu. Anakku yang ini bisa duduk diatas awan lho, Bu. Setelah anak kita yang pertama laki-laki, anak kita yang kedua ini pasti perempuan.

Udah deh, Pak. Mau duduk diawan kek, diatas genteng kek, aku ora urus yang begituan. Mending cari uang untuk biaya persalinan. Kita sedang tidak punya uang, padahal beberapa minggu lagi anak kita akan lahir., ujar istrinya sambil mengelus-elus lembut perutnya.

Tenang, Bu!. Anak perempuanku yang satu ini pasti nunggu bapaknya kaya dulu, sang suami masih santai sambil mulai menyalakan rokok.
Jangan aneh-aneh deh, Pak, ujar sang istri sambil ngeloyor keluar kamar sambil geleng-geleng kepala. Nunggu bapaknya kaya? Jadi aku harus hamil seperti ini sampai beberapa tahun lagi? Emoh!.

Tangis keras seorang bayi yang baru lahir itu mengagetkan orang-orang yang duduk diruang tunggu rumah sakit itu.
Seorang nenek-nenek yang ikut kaget tampak memegang dadanya seperti memastikan kalau jantungnya masih ada. Huh, suaranya seperti suara penyanyi Rock saja, sungutnya sedikit kesal.

Pria yang dulu bermimpi disiang bolong itu menghambur dari pintu masuk dan menuju ruang bersalin, mengejar-ngejar seorang bidan.
Sang bidan berlagak jual mahal biar tidak disangka cewek apaan. Hmm, pria ini boleh juga, pikirnya.

Anakku perempuan khan, Bu Bidan?, tanya pria itu ingin tau. Bidan itu menghela nafas kecewa, karena ternyata pria itu menanyakan anaknya yang baru lahir, bukan menanyakan nomor teleponnya.

Anakku perempuan khan, Bu Bidan?, tanya pria itu lagi dengan mata berbinar-binar.
Bidan itu mengangguk, sementara pria itu langsung memikirkan beberapa nama untuk anaknya.

Anggun Hapsari, Anggun Hastari, dan Anggun-Anggun yang lain.

Akhirnya si cengeng luar biasa itu diberi nama sesuai mimpi sang ayah : Anggun Cipta Sasmi, yang artinya keanggunan yang tercipta lewat mimpi.

Beberapa tahun kemudian

Bayi perempuan itu tumbuh menjadi anak perempuan yang senang menyanyi. Suaranya unik, tetapi nada lagunya piknik kemana-mana alias tidak enak didengar.
Sadar kalau anaknya itu suka menyanyi, maka sang ayah bermaksud melatih Anggun cara bernyanyi yang benar.
Dengan buku panduan menyanyi ditangan kiri dan seikat lidi ditangan kanan, sang ayah melatih Anggun bernyanyi setiap sore sepulang sekolah.

Itu lidinya untuk apa, Pak?, tanya Anggun ngeri sambil melirik lidi ditangan ayahnya.
Buat mukul lalat, jawab ayahnya pendek.
Mukul lalat yang berkeliaran ya, Pak?
Bukan cuma lalat yang berkeliaran, tetapi juga lalat yang tidak serius latihan menyanyi.
Emang ada lalat yang latihan menyanyi, Pak?
Ada
Anggun tampak berpikir sejenak, tetapi kemudian cuek saja.

OK, sekarang buka mulut, instruksi sang ayah begitu Anggun sudah kelihatan siap untuk latihan.
Anggun membuka mulut lebar-lebar, sambil berharap tidak ada lalat berkeliaran disekitarnya. Tidak peduli apakah itu lalat yang berkeliaran atau lalat yang tidak serius latihan menyanyi (seperti kata ayahnya tadi), jangan sampai deh ada yang masuk kemulut.
Anggun ngeri membayangkan ada lalat masuk kedalam mulutnya yang sedang menganga lebar. Karena menurut salah satu temannya disekolah, lalat rasanya tidak enak.

Coba sekarang kamu mulai bernafas, perintah ayahnya kemudian.
Anggun langsung mengatupkan mulutnya lagi dan memadang ayahnya dengan kesal.

Sejak tadi aku sudah bernafas, Pak! protesnya.
Maksud bapak bernafas melalui perut
Bernafas melalui perut? Bagaimana caranya? Anggun cuma bisa bernafas melalui hidung dan mulut.
Iya, bapak juga bingung. Bernafas melalui perut caranya bagimana ya?. Ayah Anggun juga ikut bingung sambil garuk-garuk kepala. Apa iya, hidung dan mulut ditaruh diperut?.

Sementara ayahnya masih bingung sambil membolak-balik buku panduan ditangannya, diam-diam Anggun kabur keserambi depan. Duduk bersila sambil menundukkan kepala dengan serius diatas lantai.
Sedang bersemedi untuk mencari wangsit? Oh, bukan. Ternyata dia sedang tekun bermain bola bekel sendirian.

Siang hari sepulang sekolah.

Setelah mengganti seragam putih merah hatinya, tidur siang sebentar, Anggun sudah kembali siap dengan aktifitas barunya : berlatih menyanyi.
Teras rumah menjadi saksi kostum panggung Anggun yang ajaib : hanya mengenakan singlet dan celana dalam.

Pak, sebenarnya aku mau dilatih menyanyi atau berenang sich?, tanya Anggun yang juga terheran-heran dengan kostum pilihan ayahnya itu.
Ya menyanyi dong, masa berenang?. Emangnya mau berenang dimana? Didalam ember?, jawab sang ayah santai.

Kok bajunya harus seperti ini?, ujar Anggun lagi sambil lenggak-lenggok seperti layaknya peragawati.
Itu Bapak sengaja, biar Bapak bisa lihat pernafasan kamu sudah benar atau tidak

Memangnya kalau mau bernafas, harus buka baju dulu ya?, tanya Anggun polos.
Bukan begitu. Bapak pengen kamu berlatih pernafasan perut
Anggun bernafas pakai hidung, bukan pakai perut.
Jangan rewel deh. Pokoknya kamu ikuti saja instruksi Bapak., sahut Bapak sambil duduk dikursi.

Bapak serius mau melatih Anggun cara bernyanyi yang baik?, tanya Anggun agak ragu.
Ya iya. Mau bisa bernyanyi dengan benar nggak?
Mau sich. Tetapi memangnya Bapak bisa menyanyi?, tanya Anggun dengan mimik serius.
Bisa dong
Aku pernah dengar Bapak menyanyi
Tuh khan. Suara Bapak bagus khan?

Bagus banget sich enggak. Lebih banyak falsnya
Jangan sembarangan ya!, sang Ayah pura-pura melotot.

Sepanjang sore itu proses latihan menyanyi Anggun lebih mirip latihan teriak. Anggun disuruh teriak-teriak seperti orang kemalingan, sehingga sempat memancing kegaduhan lokal dirumah.
Mama Anggun berlari tergopoh-gopoh dari dalam rumah menuju teras mengira ada insiden serius sedang terjadi.

Oalah Pak, Pak.anakmu menjerit-jerit kok kamu malah santai-santai saja.
Sejenak Anggun menghentikan jeritan siang bolongnya.

Ini bukan menjerit-jerit, Ma. Ini latihan menyanyi, protes Anggun sedikit tersinggung. Masa orang lagi nyanyi dituduh menjerit-jerit?

Bapakmu ngajarin kamu nyanyi? Apa tidak salah?
Apanya yang salah?
Bapak khan nggak bisa nyanyi.
Kamu sama Anggun sama saja. Ndak bisa membedain yang bisa nyanyi dengan yang bisa nyanyi.

Mending aku yang ngajarin Anggun nyanyi, Mama Anggun menawarkan diri.
Emoh. Aku mau Anggun jadi penyanyi beneran, bukan sinden. Udah Anggun, jangan dengerin Mamamu, ayo mulai latihan lagi.

Anggun kembali melanjutkan konser metalnya yang sempat terinsterupsi. Mendengar itu, Mama Anggun ngeloyor masuk kembali kerumah sambil tak lupa berguman pelan, sekedar meledek:

Oalah Pak, Paksepertinya kamu bukan ngajarin Anggun nyanyi, tetapi ngajarin Anggun jadi Tarzan.

Latihan hari berikutnya. Masih dengan kostum panggungnya yang berupa dalaman, tetapi kali ini ditambah beberapa buku setebal bantal.

Pak, beneran nggak kita sich latihan nyanyi? Kok pakai buku segala?, sambil memandangi tumpukan buku ditangan ayahnya.
Bapak Anggun cuek saja sambil meletakkan sebuah buku dimasing-masing bahu kanan dan kiri Anggun, juga diatas kepala Anggun. Tentu saja Anggun langsung protes.

Lho, lho, kok Anggun disuruh main akrobat?
Hussss, ini bukan mau acrobat. Tetapi bagian dari latihan pernafasan.

Bernafas aja kok pake latihan segala. Kayaknya dari dulu Anggun sudah mahir bernafas deh
Jangan asal nyerocos. Bukan bernafas seperti itu maksud Bapak

"Trus?
Bernafas yang ada hubungannya dengan tehnik menyanyi
Caranya?
Ya seperti ini, bukunya ditaruh dibahu dan kepala. Makanya jangan cerewet dulu sebelum lihat caranya.

Ini bukunya harus Anggun apain? Dibaca atau disuruh terbang?
Pokoknya ini buku nggak boleh jatuh. Kalo sampai jatuh, ini hukumannya., ujar sang ayah sambil memamerkan lima bilah lidi yang diikat menjadi satu.

Yang disabet pake lidi itu Anggun atau bukunya?
Ya kamu dong
Lho, kok Anggun yang disabet? Khan bukunya yang salah
Lho, emang yang jatuhin bukunya siapa?
Jatuh sendiri, jawab Anggun yakin.
Mana bisa jatuh sendiri kalau kamu nafasnya benar.

Eh, Anggun ada ide cemerlang biar bukunya nggak jatuh
Apa itu?
Bukunya diplester aja dibahu dan kepala Anggun. Jadi biarpun Anggun jungkir balik atau salto diudara, bukunya enggak bakal jatuh.

Denger ya nona kecil. Kita mau latihan nyanyi, bukan mau latihan sirkus. sang Ayah menjelaskan dengan sabar.

Musim liburan sekolah.

Anggun dan Mamanya sedang berada di Pasar Seni Ancol. Suasana sangat ramai, tetapi panggung hiburannya justru kosong melompong. Panitia acara sedikit panik karena artis cilik yang seharusnya tampil siang ini belum juga nongol batang hidungnya.
Daripada panggung dibiarkan nganggur, panitia mengumumkan lewat corong mikropon apabila ada pengunjung yang mau menyanyi diatas panggung.
Mendengar pengumuman itu, Mama Anggun menyikut pinggang Anggun pelan.

Kamu dengar itu?
Iya, kecil-kecil kok nangisnya kenceng banget, jawab Anggun asal sambil melirik anak kecil cengeng yang berguling-guling didekat kakinya.

Eh bukan yang itu maksud Mama, tetapi pengumuman Mas-Mas yang dipanggung itu.
Emang ada apa sich?, tanya Anggun males-malesan.
Duh, itu kuping atau cantelan kuali sich?, omel Mamanya
Kuping, sahut Anggun yakin.
Kok enggak dipake?
Dipake kok. Anggun meraba telinganya untuk memastikan.

Kok enggak denger kalau ada tawaran menyanyi dipanggung?
Apa? Anggun boleh nyanyi dipanggung? Asyikkkk. Anggun langsung semangat.
Eh tunggu dulu.., seru Mama Anggun jengkel karena Anggun sudah buru-buru kabur keatas panggung.

Dengan percaya diri yang sangat tinggi, Anggun meraih mikropon dan berjalan menghampiri sang musisi pengiring.
Om, Anggun mau nyanyi lagu Bitels
Eh, itu lagu siapa? Dangdut atau Gambus?

Enak aja Dangdut atau Gambus. Itu lagu orang Inggris tau!
Kayak gimana lagunya?
Let it be, let it be. Juga ada I wanna hold your hand, oh darling.

Oh, maksudnya Beatles?
Lha, Anggun juga tadi ngomong Beatles. Gimana sich?, sungut Anggun.
Mau nyanyi sekarang?
Nggak. Tahun depan aja. Ya sekarang dong, Om

Siang itu, panggung hiburan Ancol seperti menemukan bintang baru. Anak kecil kerempeng menyanyikan lagu berbahasa Inggris, bukan lagu Naik-Naik Kepuncak Gunung atau Balonku seperti yang biasa dinyanyikan artis cilik pengisi acara.

Suaranya unik dan melengking tinggi. Bahkan tidak fals sama sekali berkat latihan keras sang ayah saban sore, membuat gerombolan penonton berkerumun didbibir panggung menyaksikan aksi spektakuler itu.
Begitu menyelesaikan tiga lagu, Anggun buru-buru turun panggung sambil ngos-ngosan menghampiri Mamanya.

Ma, nyanyinya udah dulu. Anggun udah keringetan, ujar Anggun sambil menyeka butir-butir keringat dikeningnya dengan punggung tangannya.
Ya udah, cari minum dulu yuk, sahut sang Mama.

Belum sempat mereka beranjak pergi, tiba-tiab sang Mama dipanggil Mas-Mas yang tadi bikin pengumuman.
Tante, anaknya boleh nyanyi lagi nggak?
Aduh, gimana ya. Anggun katanya udah capek dan keringetan, jawab Mama Anggun.

Oh, namanya Anggun?. Mas-Mas itu memperhatikan wajah Anggun dengan teliti.
Lengkapnya Anggun Cipta Sasmi, Om, timpal Anggun mantap.

Nyanyi sekitar lima lagu lagi deh, soalnya masih ada waktu setengah jam lagi untuk acara hiburan dipanggung.
Gimana Anggun?, tanya Mamanya kepada Anggun.

Nggak ah, udah capek
Ada honornya lho, rayu Mas-Mas itu.
Bodo amat, Anggun tak bergeming.

Kalau ditraktir Es Krim Swansen, pasti mau, bujuk sang Mama.
Anggun terlihat berpikir sebentar, sok bergaya jual mahal padahl udah mau lonjak-lonjak kegirangan.

Boleh makan dua deh Es Swansennya. Mama Anggun menaikkan tawarannya.
OK deh!, seru Anggun riang.

Siang itu kembali suara cilik yang merdu itu mengalun, kali ini dia menyanyikan lagu Sailing milik Rod Steward. Setelah penampilan hari itu, Anggun akhirnya ditawari menjadi penyanyi tetap di Panggung Hiburan Ancol

Disebuah ruang tunggu studio rekaman.

Anggun yang rambutnya diikat dengan pita warna coklat duduk manis ditemani sang ayah. Wajahnya tidak henti-hentinya menebarkan senyum. Bagaimana tidak senang, dia ditawari bikin rekaman album.

Anggun sudah tiba sejak pagi, tetapi sampai sore hari dia belum juga mendapat giliran rekaman. Beberapa artis cilik terkenal menjadi prioritas pemilik studio rekaman walau mereka tiba sesudah Anggun.
Tetapi Anggun tetap sabar menunggu dan tak berhenti memamerkan senyum lebarnya yang khas.

Sebentar lagi Anggun akan punya album Rock seperti Nicky Astria dan Hari Mukti, ujar Anggun dalam hati.
Menjelang malam, Anggun akhirnya mendapat giliran rekaman. Tetapi dia tidak bertemu seseroang yang ingin dia temui distudio itu.

Om Ian Antono dimana?, tanya Anggun kepada pemilik studio.
Om Ian nggak bisa hadir
Lho katanya Om Ian yang jadi aranjer album Anggun.
Iya, tetapi karena Om Ian nggak bisa datang, aranjernya yang lain aja ya?
Nggak mau. Anggun mau sama Om Ian, biar bisa kayak Mbak Nicky Astria
Ya udah, sekarang latihan menyanyikan lagunya aja dulu
Cuma latihan khan? Enggak rekaman betulan? Soalnya Anggun maunya sama Ian Antono
Iya deh, Pemilik studio itu mengiyakan.

Malam itu Anggun latihan menyanyikan lagu-lagu yang akan menjadi album Rock pertamanya distudio rekaman, lengkap dengan musik dan aranjer (yang bukan Ian Antono).

Jam pulang sekolah.

Sekelompok anak sekolah berseragam putih biru tampak bergerombol disepanjang pusat keramaian.
Eh, nyolong coklat yuk, bisik salah satu anak sekolah itu sambil menunjuk supermarket didepan mereka.
Anggun menatap temannya itu dengan ragu. Dalam hatinya dia berkata Sebentar lagi aku akan menjadi penyanyi, kok ya masih mau nyolong coklat?.
Tetapi Anggun sedang tidak tertarik dengan coklat, pria berpostur tinggi besar berambut gondrong yang sedang nangkring diatas motor gede didekat drum minyak tanah lebih menarik perhatian Anggun.

"Pura-pura lewat didepanya ah", pikir Anggun. Belum sempat niat itu dilakukan, tiba-tiba telinga Anggun mendengar sesuatu dari salah satu toko kaset dideratan toko-toko yang berjejer.

Eh, Ami. Mau ikut nggak?, tanya salah satu temannya sambil menarik tangan Anggun. Anggun masih tertegun.

Ami, kenapa sich? Kok bengong?
Jari Anggun menunjuk keudara, bola matanya berputar-putar jenaka.
Itu khan aku!, jerit Anggun tiba-tiba.

Apanya yang itu kamu?, tanya teman-temannya bingung.
Dengerin deh lagu yang sedang diputar toko kaset sono.
Iya, trus kenapa?
Itu khan aku

Ngawur ah. Sejak kapan kamu punya kaset. Itu khan Nicky Astria
Beneran, itu aku, seru Anggun sambil berlari menuju toko kaset yang memutar lagu itu.
Mas, boleh lihat sampul kaset lagu yang sedang diputar itu nggak?, tanya Anggun kepada penjaga toko kaset tersebut ketika sudah berada didalam toko.
Kaset baru nich, Dik. Nggak kalah sama Nicky Astria dan Renny Jayoesman, jawab penjaga toko itu sambil menyodorkan sampul kaset yang dimaksud Anggun.

Anggun terkesiap begitu melihat sampul kaset ditangannya. Dia melihat fotonya sendiri terpampang disampul kaset tersebut berikut namanya : Anggun C Sasmi.

Ya ampun, Ami! Itu beneran kamu?, teriak teman-temannya yang langsung heboh melihat sampul kaset ditangan Anggun.
Hebat lo, Ami. Sudah punya kaset.
Mas, dia lho yang nyanyi itu.
Teman-teman Anggun langsung heboh berteriak-teriak.

Penjaga toko kaget, kemudian membandingkan foto disampul kaset dengan gadis didepannya.
Memang mirip
Kok memang mirip sich. Wong itu emang dia, sungut salah satu teman Anggun.

Yang benar?. Penjaga toko itu tidak percaya.
Beneran, Mas. Namanya Anggun, tetapi kita manggilnya Ami.
Saya boleh minta tanda tangannya nggak? Kasetnya pasti bakal laku keras nich
Wah, hebat lu, Mi. Traktir dong!.

Tak ada senyum bangga diwajah Anggun. Wajahnya tertunduk dan matanya berkaca-kaca. Dia sedih dan marah, hasil latihan waktu itu ternyata direkam pemilik studio dan dijual tanpa sepengetahuan dan izinnya.

Eh, Amimau kemana?, seru teman-temannya panik melihat Anggun berlari pulang sambil menangis.

Sebuah kompleks dibilangan Matraman, Jakarta Timur.

Turun dari becak, Anggun langsung menghambur melintasi halaman.
Eh, Nonbecaknya belum dibayar, teriak si abang Becak panik demi melihat penumpangnya kabur begitu saja.
Anggun buru2 berbalik. Wajahnya masih ditekuk tetapi berusaha tersenyum ketika mengulurkan sejumlah uang kepada si abang becak.
Maaf ya, Bang. Soalnya lagi emosi
Berantem sama cowoknya ya, Non?, tanya siabang becak ingin tau.
Anggun menggeleng, kemudian berjalan masuk kedalam rumah.

Jika kamu membayangkan Anggun akan langsung menubruk bantal diatas tempat tidurnya dan kemudian menangis tersedu-sedu, maka bayangan kamu salah. Anggun tidak secengeng itu.
Masih betah menekuk wajahnya, Anggun masuk kamar, duduk diatas tempat tidurnya.

Dengan malas-malasan, dia membuka sepatu dan kaos kakinya. Teringat kejadian tadi siang sepulang sekolah disebuah toko kaset, emosi Anggun melambung lagi. Sepatu sudah terlanjur ditendang kebalik pintu. Hanya tas sekolahnya yang masih berada dalam jangkauan.
Arghhhhhhh.., Anggun menjerit sekeras-kerasnya untuk menumpahkan kekesalan hatinya sambil melempar tas bergambar Hello Kitty miliknya keatas meja belajar.

Kegaduhan lokal langsung tercipta. Beberapa benda berhamburan dari atas meja belajar terkena terjangan mematikan tas milik Anggun.
Sang Mama yang lagi sibuk didapur datang tergopoh-gopoh memegang talenan kayu sambil pasang kuda-kuda siap menyerang. Beliau curiga ada ninja nyelonong masuk kekamar anak keduanya itu.

Oalah, Anggun. Kamu toh yang rusuh, Mama kirain ada serangan musuh. Mama Anggun menghela nafas lega. Lega karena tidak jadi bertempur.
Beliau memperhatikan wajah Anggun yang sewot. Tidak biasanya Anggun begini.

Kenapa toh, Nduk?, ujar Mamanya lembut. Anggun diam saja.
"Berantem sama cowokmu?

Anggun mendelik karena kaget campur bingung. Kok bisa sich tebakan Mama kompak dengan tebakan siabang becak tadi. Jangan-jangan ada konspirasi nich antara Mama dan abang becak.

Anggun nggak punya cowok. Gimana mau berantem?
Ya kali aja tadi baru jadian disekolah, trus langsung diajak berantem, canda sang Mama. Mau tidak mau Anggun tersenyum geli.
Nggak Ma. Anggun nggak berantem. Anggun cuma lagi kesal
Kesal sama siapa? Sama cowokmu?
Ihhh Mama, udah dibilang Anggun nggak punya cowok, sungut Anggun manja.
Trus berantem sama siapa? Sama satpam?
Pokoknya Anggun lagi kesal aja. Titik!!!.
Oh, kesal sama Titik. Tetapi Titik yang mana nich? Titik Puspa atau Titik DJ?
Terserah deh, guman Anggun sambil keluar dari kamar.

Kenapa toh, Bu?, tanya Bapak Anggun yang sambil menghampiri istrinya yang sedang sibuk didapur.
Itu lho anakmu Pak, si Anggun. Pulang sekolah langsung marah-marah ndak jelas gitu, jawab Mama Anggun sambil masih sibuk mengaduk-aduk sesuatu didalam periuk.
Mungkin berantem sama cowoknya, tebak sang bapak.
Anggun nggak punya cowok!!!!!!!!!!!!!!!!!!!. Terdengar jeritan Anggun dari ruang tengah. Bapak dan Mamanya saling pandang sambil terkikik geli. Kok bisa Anggun denger obrolan mereka dari ruang tengah. Jangan-jangan, selain punya pita suara super, Anggun juga punya telinga super.

Biarin aja dulu, Bu. Entar juga dia bakal cerita sendiri, guman sang bapak lagi sambil duduk dimeja makan.
Anggun, ayo makan dulu!.

Tak ada jawaban dari Anggun, yang terdengar hanya dentingan piano yang mengalunkan lagu Unyil yang sedang dimainkan Anggun.

Anggunmakan dulu, nak, bujuk sang bapak lagi.
Sebentar lagi, Pak., sahut Anggun sambil terus ting tang ting tung.
Selesai makan sang Bapak menghampiri Anggun diruang tengah, tetapi Anggun sudah tidak disitu.

Dari pintu kamar Anggun yang terbuka, Bapak melihat Anggun sudah terbaring damai diatas tempat tidurnya dengan posisi menyilang. Kakinya menyentuh sisi kanan tempat tidur, sementara kepalanya menyentuh sisi yang satu lagi. Rambut panjangnya bergerak-gerak lembut tertiup kipas angin yang sengaja dinyalakan.
Sang bapak terharu melihat putri kebanggaannya yang terlelap, mengingatkan beliau pada mimpinya tentang gadis kecil yang duduk diatas awan sambil tersenyum.

Dengan pelan, beliau kemudian menutup pintu kamar Anggun dari luar supaya tidurnya tidak terganggu karena adik-adik Anggun sudah mulai riuh terdengar diruang tengah entah sedang membahas apa.

Disalah satu Sekolah Menengah Atas favorit di Jakarta.

Ditengah hiruk pikuk suasana pendaftaran siswa-siswi baru, beberapa calon siswi kelas satu bergerombol disebuah sudut sambil berbisik-bisik cerewet.

Eh, liat tuh cewek yang baru datang, bisik salah satu dari mereka.
Yang mana? Cewek yang baru datang khan banyak, sahut cewek yang berambut keriting.
Itu, lho..yang rambutnya panjang
Oh itu. Yang agak gemuk itu? Itu khan Bibi Kantin, masa kamu nggak kenal sich?. Kali ini cewek yang berambut poni lempar yang nyelutuk.

Ya ampun. Bukan itu, tetapi cewek yang pake celana pendek itu.
Oh dia. Emang kenapa?
Kalian enggak kenal dia?
Bagaimana bisa kenal. Khan sama-sama baru mendaftar. Aku sama kamu aja khan baru lima menit yang lalu kenalan. Itu juga karena terpaksa.
Lho, kok terpaksa sich?
Iya, daripada bengong kayak kambing mending kenalan
Sialan

Emang siapa sich cewek yang pake celana pendek itu
Dia khan Anggun
Anggun? Anggun siapa?
Kamu kuper banget deh. Masa Anggun aja nggak kenal
Emang dia siapa sich? Bintang film? Pelawak? Tukang Sulap?
Penyanyi itu lho. Yang lagunya kayak gini : melambung jauh terbang tinggibersama mimpi.
Oh, yang judulnya Dalam Hitam?, tebak cewek yang memakai topi koboi yakin.
Kok Dalam Hitam sich? Nggak enak banget judulnya. Yang benar itu judulnya Mimpi.
Anggun C Sasmi???
Ya iya!!!
Nggak mungkin ah
Kok enggak mungkin?
Anggun C Sasmi pake baret dan jaket. Kalo dia khan cuma pake celana pendek doang.
Norak kamu ah. Masa dia pake baret kesekolah, emangnya dia kesini mau nyanyi?
Trus, ngapain dia kesini kalo bukan mau nyanyi?
Ya ampun, kamu tuh kok polos banget ya?
Emang, jawab cewek itu bangga.

Dia kesini bukan mau nyanyi, tetapi mau daftar
Daftar? Daftar untuk apa?
Ya sama kayak kita. Daftar menjadi siswi baru. Masa mau daftar jadi tentara sich?.
Cewek itu menatap sosok cewek bercelana pendek itu dari kejauhan.

Kok berani-beraninya sich dia daftar disini
Lho, emang kenapa?, tanya temannya bingung.
Ini khan sekolah favorit dan seleksinya ketat. Masa sich dia bisa lulus diterima disini
Kenapa sich kamu kok sinis banget sama dia?
Dia khan artis yang sedang ngetop banget. Pasti sibuk manggung sana-sini, pasti nggak pernah belajar. Pasti NEMnya pas-pasan lulus SMPnya.
Jangan begitu. Khan enggak semua artis begitu. Ada juga lho artis yang emang pinter.
Liat aja nanti. Pasti dia tidak akan lulus masuk kesekolah ini. Aku jamin deh.
Terserah deh

Satu minggu kemudian, masih disekolah yang sama.

Remaja-remaja tanggung berkerumun didepan sebuah papan pengumuman. Masing-masing saling menjulurkan leher setinggi-tingginya agar bisa melihat dengan jelas deretan nama yang terpampang disitu.

Aduhhh, Anggun menjerit ketika tubuh cowok disampingnya mendorong bahunya hingga terdesak.
Eh maaf, ujar cowok itu sambil nyengir.
Hmmmnggak jelek-jelek amat, pikir Anggun dalam hati.

Cowok itu sejenak memperhatikan Anggun, kemudian tampak berpikir keras berusaha mengingat-ingat sesuatu.
Kayaknya pernah liat deh, guman cowok itu lagi. Buru-buru Anggun menyingkir dari depan papan pengumuman sebelum babak belur terdorong kesana-kemari karena kerumunan sudah semakin ramai.
Anggun kemudian mencari tempat duduk disudut halaman.

Segerombolan cewek menghampirinya. Anggun mengangkat kepalanya dan tersenyum simpul.
Hai, sapanya ramah.
Nggak apa2 kok kalo enggak diterima disini. Masih bisa daftar disekolah lain khan? Abis, kamu khan tau sendiri. Disini cuma siswa-siswa yang pintar aja yang bisa lulus seleksi murid baru, cewek berambut poni itu langsung nyerocos.
Dia yakin Anggun tidak diterima karena sejak tadi dia memperhatikan Anggun meringis melulu.

Aku diterima kok, jawab Anggun santai.
Masa sich?. Cewek itu masih tidak percaya. Kok kamu dari tadi meringis melulu?

Abis, kakiku habis terinjak-injak waktu didepan papan pengumuman tadi. Anggun kembali meringis lucu.
Tuh khan, aku bilang juga apa. Cewek yang berdiri disebelah cewek berponi itu berbisik.
Namaku Anggun. Anggun mengulurkan tangannya mengajak berkenalan cewek-cewek dihadapannya.

Belum sempat cewek2 didepan Anggun menyambut uluran tangan Anggun, tiba-tiba mereka dikejutkan teriakan heboh cowok yang tadi dorong-dorongan dengan Anggun didepan papan pengumuman.
Eh copot, eh copot., beberapa cewek langsung latah tak tertahankan.

Aku ingat sekarang. Dengan tidak sopannya, cowok itu menyeruak kerumunan cewek-cewek didepan Anggun. Aku ingat! Sumpah!

Anggun tampak kebingungan dan siap melarikan diri seandainya cowok itu tiba-tiba kesurupan.

Anggun khan? Anggun C Sasmi yang penyanyi itu khan?. Cowok itu tampak sangat bersemangat. Ratusan pasang mata langsung menatap kearah Anggun membuat Anggun sedikit malu.
"Iya, aku Anggun", jawab Anggun hampir berbisik dan berdoa supaya cowok lincah itu segera jinak.

Dari kerumunan cowok juga terdengar bisikan-bisikan misterius.
Untung aku mendaftar disini. Jadi aku bisa satu sekolah sama Anggun C. Sasmi
Asyik ya, kita bisa ketemu dia setiap hari
Aku sekelas sama dia lho
Bikin band yuk, trus ajak Anggun jadi vokalisnya
Semoga entar dia kesekolah tetap pake celana pendek, celutuk salah satu dari mereka.
Dia udah punya cowok belum ya

Dan Anggun semakin salah tingkah ketika semua cewek, cowok bahkan guru dan pegawai yang berada disitu beringsut menghampiri Anggun sambil mengajak salaman dan kenalan.

Sementara cowok lincah yang tadi masih kegirangan berlari kesana kemari sambil berteriak heboh.
Asyikkkk, sekolah kita ada artisnya. Artis terkenal!!!!!! Anggun C Sasmi!!!!!!

Dalam perjalanan naik bus kesekolah, ketika melewati deretan toko-toko kaset dipinggir jalan, Anggun kembali mendengar suaranya sendiri.
Ya suaranya yang melengking tinggi menyanyikan lagu Tua Tua Keladi sedang ramai diputar dimana-mana. Tadi pagi saja sebelum berangkat sekolah, dia sudah mendengar radio memutar lagu ini tiga kali. Tidak sia-sia minggu yang lalu Anggun keringatan jingkrak-jingkrak untuk keperluan video lagu itu di TVRI.
Minggu depan TVRI berencana membuat video yang baru, kali Anggun akan menyanyi didalam mobil BMW warna hitam miliknya.

Masih dengan senyum merekah, Anggun meloncat turun dari atas bus dan berlari kecil memasuki gerbang sekolahnya.
Sibuk menyapa teman-teman sekolahnya kanan kiri dan atas bawah (karena sekolah Anggun bertingkat), Anggun mendadak deg-degan ketika diujung koridor sana berjalan cowok kelas sebelah yang sudah menarik perhatian Anggun sejak tiga minggu terakhir ini.

Dia pasti sudah tau soal lagu Tua Tua Keladi. Dia pasti suka lagunya. Mudah-mudahan kali ini dia tidak cuek lagi, harap Anggun dalam hati.

Tanpa sadar tangannya bergerak cepat membenahi rambut panjangnya, kaki kanan dan kiri dalam dalam satu garis lurus imajiner diatas lantai sehingga Anggun berjalan seperti layaknya peragawati.

Tinggal lima meter lagi sebelum mereka berpapasan, masih dengan debar jantung yang bertalu-talu, Anggun siap menebarkan senyumnya yang paling manis khusus untuk sang cowok pujaan.
Dan pertemuan dua remaja itupun terjadi. Saling berpapasan dan saling memandang.

Anggun kecewa, cowok itu tidak membalas senyumnya. Dia hanya memandang Anggun sekilas, kemudian mengarahkan pandangannya kearah lain seolah Anggun hanya sosok sepintas lalu.

OK, aku tidak akan mencoba menarik perhatianmu lagi. Cukup sampai disini saja, sumpah Anggun dalam hati sambil terus berjalan menuju kelasnya.

Anggun tidak pernah tau, ketika sudah lewat dua meter cowok itu membalikkan badannya dan menatap Anggun yang berjalan membelakanginya.
Dia terus menatap Anggun sampai Anggun benar-benar menghilang diujung koridor sekolah. Ada sesuatu dalam sorot matanya. Tetapi dia terlalu pemalu untuk membuat Anggun tau apa yang dia rasakan. Seorang siswa biasa dengan seroang bintang terkenal. Mungkinkah?

Sewaktu jam istirahat, ditemani dua sahabatnya Anggun sibuk mencatat pelajaran didalam kelas. Akhir-akhir ini Anggun lebih banyak menghabiskan jam istirahat didalam kelas mencatat pelajaran yang ketinggalan gara-gara sering bolos dari sekolah.

Anggun, besok kamu sekolah khan? , tanya Dodi.
Anggun hanya tersenyum.

Itu senyam-senyum artinya apa? Iya atau tidak?
Kalo senyumku manis, artinya iya. Kalo senyumku pahit, artinya tidak, jawab Anggun santai sambil masih mempertahankan senyumnya yang antara manis dan pahit.

Aduhhh, jangan aneh-aneh deh. Besok masuk sekolah nggak?
Nggak tau deh. Nanti mau tanya Mama dulu, besok Anggun ada jadwal manggung nggak, tukas Anggun ragu-ragu
.
Dua minggu lagi kita udah ulangan umum lho.
Masa sich?, Anggun kaget. Kok enggak terasa?
Gimana mau terasa. Kamu aja sering bolos, jadi enggak tau kabar disekolah.

Anggun terdiam sejenak. Dia hanya punya waktu dua minggu untuk mempersiapkan diri menghadapi ulangan umum, sementara dua minggu kedepan Anggun sudah terlanjur tanda tangan kontrak manggung dibeberapa kota di Sumatera dan Kalimantan.

Eh Anggun, si doi kesini tuh, Yuni menyikut pinggang Anggun pelan sambil menunjuk kearah pintu kelas.
Anggun menoleh sekilas. Dadanya kembali berdebar. Tetapi dia sudah berjanji tidak akan mencoba menarik perhatian cowok itu lagi.

Namanya si Doi ya?, tanya Anggun sambil berbisik. Yuni menatap Anggun dengan pandangan prihatin.
Jadi kamu belum tau nama dia siapa?
Barusan kamu bilang namanya Doi
Ya ampun, Yuni geleng-geleng kepala. Jadi selama ini kamu naksir cowok yang namanya aja kamu enggak tau?
Lho, emang salah? Sting juga naksir aku, tetapi dia enggak tau namaku, tukas Anggun cepat.

Kapan Sting naksir kamu?
Tadi malam. Dalam mimpiku dia bilang gini sama aku : OK, I love you darling. But whats your name again?.
Ngaco!!!!!!!!.
Anggun, Dodi dan Yuni tertawa bareng-bareng.

Jadi namanya Doi ya?, tanya Anggun penasaran sambil sekilas mencuri pandang kearah cowok berwajah berwibawa itu.
Cakep-cakep gitu kok namanya Doi? Yang bener aja
Trus, namanya siapa?, Anggun makin penasaran.
Tauk!
Ih payah, masa nggak tau nama cowok itu siapa, sungut Anggun kesal.
Lho, kok aku yang payah?. Bodo amat nama cowok itu siapa. Wong yang napsu sama dia khan kamu, bukan aku.

Cowok yang sedang dibicarakan itu terlihat menghampiri salah satu cewek dikelas Anggun dan berbicara serius.

Lho, kamu kok diam saja?, tanya Yuni heran.
Maksudnya apa? Apa aku harus berlari dan berpelukan dengan dia? Emangnya film India?
Ya samperin kek, nyengir kek, ajojing keksupaya dia ngeh sama kamu
Ah, aku sudah enggak berminat lagi menarik perhatian dia. Udah bosen dicuekin melulu
Kenapa emang?
Nggak tau. Mungkin aku memang bukan tipe cewek yang dia sukai, ujar Anggun pelan sambil kembali menekuni catatannya.

Ketika Anggun mengangkat kepalanya, dia melihat cowok itu melangkah keluar kelasnya dengan gaya yang sangat tenang. Tanpa menoleh kanan kiri hingga menghilang dimabang pintu. Anggun hanya menghela nafas panjang.

Lagi-lagi Anggun tidak pernah tau, ketika Anggun sibuk mencatat, cowok itu berkali-kali curi pandang kearah Anggun.
Anggun juga tidak pernah tau, kalau cowok itu menyimpan kaset Tua Tua Keladi didalam kantong seragamnya. Tadinya dia berencana mau meminta Anggun menandatangani kaset yang baru dia beli tadi malam itu sekaligus menjadi alasan untuk kenalan dan ngobrol dengan Anggun. Tetapi niatnya urung terlaksana karena dia malu dengan kedua sahabat Anggun yang duduk mengapit Anggun.

Ah, siapa bilang romansa dalam kehidupan anak muda ternyata tidak bisa seribet ini.

Pulang sekolah, semua teman-teman Anggun sudah naik bus jurusan rumah mereka masing-masing. Tinggal Anggun sendiri yang belum naik bus, sementara orang-orang dihalte mulai memusatkan perhatiannya kepadanya. Tadinya Anggun masih bisa santai dan membalas senyuman orang-orang didekatnya.
Tetapi lama-lama Anggun mulai risih, apalagi gerombolan cowom berseragam STM dibelakangnya mulai berani colek-colek.

Neng Anggun, mau ditemenin pulang sama abang?
Kok Non Anggun enggak naik mobil saja? Khan penyanyi terkenal?
"Kok baretnya enggak dipake?"
Rumahnya dimana, Anggun? Jangan-jangan kita tetangga. Purang bareng aja yuk
Eh, Anggun pasti duitnya banyak. Traktir kita dong
Anggun cowoknya siapa?
"Sekali-sekali, pake celana pendek dong kesekolah.
Anggun mendelik galak. Tetapi gerombolan itu masih saja betah menggoda Anggun.

Anggun sudah tidak tahan lagi, begitu sebuah bus bertingkat lewat didepan halte, dia langsung berlari mengejar dan naik kedalam.
Begitu menghempaskan tubuhnya diatas bangku bus, Anggun menarik nafas lega.

Dia melirik keluar jendela, gerombolan cowok-cowok bengal tadi terlihat melambaikan tangannya kearah Anggun, bahkan ada yang mengirim ciuman lewat udara. Anggun pura-pura cuek, meski hatinya merasa geli. Ternyata begini keadaanya kalau sudah terkenal.

Anggun terbangun dari tidurnya ketika dua orang remaja cewek seusianya duduk dibangku sebelahnya.
Sejenak mereka curi-curi pendang kearah Anggun sambil berbisik-bisik.
Anggun baru pulang sekolah?, tanya salah satu dari mereka membuka obrolan.
Iya, jawab Anggun sambil tersenyum.
Rumahnya dimana?, tanya cewek yang satu lagi.
Di Matraman.
Lho, kok Anggun naik bus yang ini?
Anggun terperanjat. Lho, emang bus ini jurusan kemana?
Ke Thamrin

Anggun langsung menyadari kalau dia tadi asal lompat aja kedalam bus gara-gara ingin menghindari gerombolan cowok-cowok dihalte tadi.

Eh, gimana dong?, Anggun berdiri dan menatap keluar jendela. Pemandangan diluar sangat asing baginya, dia tidak kenal wilayah ini.

Anggun nanti turun perempatan yang didepan Bank aja. Dari sana nanti bisa naik becak ke Matraman, usul kedua remaja tersebut.
Oh, bisa ya?. Anggun kembali merasa lega. Dia tidak bisa membayaknkan kalu dia kesasar di Jakarta, kota kelahirannya sendiri.

Ma kasih ya, seru Anggun sambil melambaikan tangannya ketika dia baru saja turun dari dalam bus bertingkat.
Kedua remaja cewek dari balik kaca jendela bus balas melambai. Ada senyum bangga diwajah mereka.
Bangga karena hari ini mereka merasa baru saja menolong seorang artis terkenal yang juga menjadi idola mereka dan ribuan remaja seusia mereka di Indonesia.

Fine Art Teather, Jakarta International School.

Dibarisan bangku paling depan sebuah acara pemeberian Penghargaan Artis Musik Indonesia, tampak Anggun dan Nike Ardilla duduk bersebelahan diantara deretan artis-artis lain
.
Kayaknya kamu deh yang bakalan menang, bisik Nike kepada Anggun.
Ah, kata siapa. Kayaknya kamu deh yang menang, jawab Anggun.
Tetapi aku yakin kamu yang menang, ujar Nike lagi
Aku juga yakin kamu yang menang balas Anggun tidak mau kalah.

Kedua kemudian tertawa bersama. Melihat keakraban keduanya, barisan wartawan dibelakang mereka saling berpandangan.
Bukankah mereka itu saling bermusuhan?, tanya mereka satu sama lain.

Malam itu nama Nike Ardilla diumumkan sebagai pemenang untuk kategori penjualan album terbanyak
Tuh, aku bilang juga apa, bisik Anggun sambil memeluk Nike sambil mengucapkan selamat.
Beneran deh. Aku nggak nyangka, sebenarnya aku justru lebih mengunggulkan kamu. Nike terlihat terharu karena bangga. Anggun hanya bisa menatap Nike yang berjalan dengan bangga menuju podium kehormatan untuk menerima tropi.
Dia sebenarnya kecewa, tetapi dia tetap tersenyum ketika kamera bergerak menyorot wajahnya.

"Eh, yang menang Nike lho...kok aku yang disorot?", seru Anggun bingung menghadapi wartawan foto yang berkerumun didepannya.

Sudah tiga minggu ini Anggun tidak masuk sekolah. Tiga minggu yang lalu dia hanya sempat masuk tiga hari.
Disekolah Anggun, ada wajah yang gelisah ketika mendapati Anggun lagi-lagi tidak masuk sekolah.
Minggu lalu selama ulangan umum berlangsung, Anggun tidak juga muncul. Dia tidak pernah berhenti berharap dan berdoa semoga hari ini Anggun masuk sekolah agar sempat mengikuti ulangan susulan.
Dia berjanji akan memberanikan diri menemui Anggun untuk menawarkan bantuan untuk membantu Anggun mengejar pelajaran-pelajaran yang ketinggalan.
Dia bahkan lebih gelisah dari Anggun. Apa jadinya bila Anggun juga tidak mengikuti ulangan susulan. Tinggal kelas atau bahkan dikeluarkan dari sekolah. Cowok itu tidak sanggup membayangkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi pada Anggun. Dia akan melakukan apa saja untuk 'menyelamatkan' Anggun.

Dia sudah mempersiapkan semua foto copian catatan dan contoh soal ulangan yang akan diberikan kepada Anggun nanti. Dia hanya bisa terpana ketika siang itu dia mendengar kabar dari pihak sekolah kalau Anggun mulai hari itu sudah pindah sekolah.

Selamat berpisah cinta yang terpendamkenanglah aku dalam mimpi indahmu yang tak bertepi.

Anggun sedang gundah. Sejak tadi dia tampak tergolek gelisah diatas tempat tidur dikamarnya. Keinginan untuk merilis album diluar negeri masih belum terealisasi. Bulan lalu demo lagu Anggun sudah dikirim ke Inggris, sudah ada tanggapan.
Tetapi setelah menghabiskan banyak uang bolak-balik London-Jakarta untuk rekaman distudio Sussex, proses penggarapan album bahasa Inggris itu masih terbengkalai.
Anggun ingin menjadi penyanyi kaliber dunia, bukan penyanyi yang hanya dikenal di Indonesia.
Tetapi kenapa jalan menuju kesana terasa terasa sangat sulit. Selama ini jalur korespondensi yang ditempuh Anggun tidak terlalu banyak membantu.

Aku harus keluar negeri. Aku harus bertemu langsung dengan produser musik disana, tekad Anggun.
Tetapi kembali Anggun menghadapi dilema. Dia tidak memiliki siapa-siapa diluar negeri. Dia bahkan belum tau bagaimana hidup diluar negeri, jauh dari orang tua dan sendirian.

Apapun yang terjadi, aku harus berangkat kesana, bathin Anggun mantap sebelum memejamkan matanya untuk terlelap dalam tidur.

Diatas panggung sebuah pertunjukan musik di Bontang, Kalimantan. Anggun berlari kesana dan kemari, bernyanyi sambil menyapa penonton yang berjubel didepan panggung.
Setelah menyelesaikan beberapa lagu, Anggun langsung berlari kebalik panggung.
Saat sedang minum segelas air putih sambil menyeka keringat diwajahnya, Nicky Astria yang duduk disebelah Anggun berbisik penuh rahasia ketelinga Anggun.

Kamu perhatiin nggak penonton yang tadi berdiri disudut panggung?.
Anggun menatap Nicky Astria sejenak, kemudian mengingat-ngingat wajah orang-orang disekitar panggung barusan.

Yang mana, Mbak? Penonton khan banyak.
Yang bule itu lho.
Anggun mengingat-ngingat kembali. Ya, tadi sewaktu diatas panggung Anggun memang sempat melihat seorang pria bule berdiri disudut panggung.

Memangnya kenapa. Mbak?, tanya Anggun polos.
Kayaknya dia ngefans banget sama kamu lho. Nicky Astria tersenyum menggoda.

Ya ampun! Kayaknya waktu Mbak Nicky nyanyi, dia juga udah ada disitu.
Iya, tadinya pas aku nyanyidia berdiri dibelakang. Pas kamu yang nyanyi, dia langsung maju kedepan. Serius banget ngeliatin kamu nyanyi.
Anggun tertawa lepas.

Dia ngefans sama Nike kali, Mbak.
Nggak tuh. Pas giliran aku nyanyi, dia udah enggak ada disitu lagi. Tiba-tiba Nike Ardilla sudah berdiri disebelah Anggun sambil sibuk membenahi dandanannya.

Tapi tadi dia memang sempat menemui aku, sambung Nike lagi.
Tuh khan, Anggun langsung nyengir kearah Nicky Astria.
Eh, denger dulu. Aku belum selesai cerita, Nike memukul lengan Anggun pelan. Dia nanyain kamu.
Nanyain gimana?, tanya Anggun dan Nicky serentak.
Ya, macam-macam. Kamu makanan favoritnya apa, warna kesukaannya apa,
Ihhh, kok pertanyaannya gitu banget, Anggun bergidik pura-pura ngeri. Nike dan Nicky tertawa geli.
Nama dia siapa sich dan bule dari mana?, tanya Anggun lagi.
Yeee, tadi belagak malu-malu. Ternyata mau juga, ledek Nike yang langsung dilempar Anggun pake baret. Nike kabur sambil tertawa.

Mbak Anggun, ada yang mau bertemu. Tiba-tiba seorang kru panggung berteriak memanggil Anggun.
Siapa, Mas?
Nggak tau. Mbak. Katanya pengen ketemu sama Mbak Anggun, jawab kru itu sambil menghilang kembali dibalik pintu.
Paling juga fans yang mau minta tanda tangan, guman Nicky Astria. Atau bule yang tadi kali.
Ciehhhhh, ada yang deg-degan nich., timpal Nike Ardilla dari sudut ruangan.
Anggun cuek melenggang keluar pintu.


Hallo, saya Michel sapa pria bule itu sambil menjabat tangan Anggun.
Saya Anggun. Bisa saya bantu?, balas Anggun sambil tersenyum sedikit kaget karena bule itu berbicara dalam bahasa Indonesia.
Saya dari Prancis. Saya sudah melihat pertunjukan anda, saya juga sudah mendengar semua album dan single anda.
Anggun masih bingung apa maunya pria bule itu.

Kalau anda mau, saya bisa membantu anda untuk mengembangkan karir musik anda di luar negeri.
Anggun terbelalak. Pria bule didepannya seperti bisa membaca pikirannya.

Anda produser, pencari bakat atau.?, tanya Anggun ragu-ragu.
Saya Insinyur.
What????, Anggun kaget.
Benar. Saya Insinyur, tetapi saya banyak kenal produser musik di Eropa. Saya juga kenal grup INXS.
Anggun masih belum bisa mengatakan apa-apa.

Percayalah. Saya ingin membantu anda mengembangkan karir diluar Indonesia.
Tetapi kenapa saya?
Saya sudah lihat banyak penyanyi negeri anda. Hanya anda satu-satunya yang menurut saya punya kwalitas suara dan penampilan yang layak dijual untuk pasar internasional.

Exactly!!!!!!
Itulah yang Anggun butuhkan. Seseorang yang percaya pada kemampuan dan kwalitasnya. Tanpa mengatakan apa-apa, pria bule itu sudah bisa mengetahui respon Anggun dari senyum lebar Anggun yang khas. ______

Dilantai dua Hard Rock Café.
Ada yang berubah dari penampilan Anggun. Rambutnya yang dulu tidak jelas pangkal ujungnya kini dipotong rapi lurus sebahu. Anggun juga sudah mulai dandan, meski masih tipis-tipis. Oh iya, kini baretnya sudah tidak dipakai lagitetapi celana pendeknya masih dipertahankan.

Malam itu Anggun tampil sedikit istimewa. Kuku-kukunya dicat dengan ornament warna hitam. Posturnya yang tinggi langsing dibalut busana ketat, kakinya dipadu dengan stocking hitam selutut dan sepatu bot. Anggun benar-benar terlihat anggun dan modis dengan penampilan ala anak kuliah tahun pertama di benua Eropa.
Hari ini Anggun merayakan Ulang Tahunnya yang ke-19 didampingi kedua orangtua dan keempat saudaranya. Disamping Anggun, tampak pria bule yang cukup menarik perhatian teman-teman Anggun.

Eh, Anggun. Itu siapa sich?, bisik salah satu mantan teman sekolah Anggun.
Dia kenalan bisnisnya Pak De ku, jawab Anggun santai.
Lho, kok kenalan bisnis Pak De diundang segala?
Lho, emang nggak boleh?
Bukan nggak boleh sich. Tetapi aneh aja.
Anggun hanya tersenyum.

Anggun, cowoknya sekarang bule ya?, tanya teman Anggun yang lain.
Hussss, Anggun meletakkan jari telunjuknya dibibirnya sambil pura-pura melotot galak.
Tetapi bener khan itu cowoknya Anggun?
Enggak. Anggun merasa kurang nyaman dengan pertanyaan mengenai pria bule yang berdiri disampingnya.
'Dia manajerku yang baru", ujar Anggun lagi.
Wah, boleh dong buat aku
Jangan gatel deh. Kamu khan cowok, dia juga cowok.
Enak gila!, bisik cowok itu ditelinga Anggun dengan nada centil yang langsung disambut jitakan maut Anggun dikepalanya.
"Anggun...", tegur Mamanya dari belakang. Anggun cuma meringis sambil nyengir kearah pria bule disampingnya.

Anggun, aku ingin kamu memakai baju yang ini, kata Ria Irawan sambil memamerkan sebuah gaun panjang ketat yang masih terbungkus plastik.
Mata Anggun terbelalak tak berkedip memandangi benda ajaib didepan matanya.

Nggak salah nich?, tanya Anggun ragu-ragu. Dia memperhatikan bentuk gaun tersebut. Bagian atasnya tanpa lengan dengan bagian leher yang rendah sampai ke dada. Dia tidak pernah mengenakan seperti ini.
Ria Irawan mengangguk tegas.

Bagaimana kalau aku pake celana pendek dan jaket kulit saja. Trus nanti pake sepatu boot sepaha juga, biar kayak Rocker. Khan lagunya lagu Rock.
Iya, nanti kamu tetap dandan ala Rocker. Tetapi aku mau divideo ini juga ada kamu berpenampilan seperti perempuan.
Lho, emang selama ini aku enggak seperti perempuan ya?, Anggun tertawa geli.
Aku maunya kamu tampil beda divideo ini. Pokoknya harus beda banget. Aku pengen menampilkan kamu seperti perempuan baik-baik.
Ihhhh serem amat. Memangnya selama ini Anggun enggak seperti perempuan baik-baik ya?, celutuk Anggun masih tertawa.

Pokoknya nanti videonya kayak gini. Kamu nyanyi didepan kipas angin. Jangan terlalu dekat, supaya tidak kesedot kipas angin.
Trus?
Nanti bakal kamu tampil bersama seorang cewek yang nerjemahin lirik lagu kamu pake bahasa isyarat jari.
Kayak video Sinead O Connor itu ya?, tebak Anggun cepat.
Ria Irawan mengangguk.

Saat syuting video telah tiba. Anggun memang benar-benar tampil beda dalam balutan gaun panjang ketat yang mengekspos lekuk tubuhnya. Dia berjalan sedikit kikuk ketengah ruangan studio, siap untuk syuting.

Awas ya kalo ada yang ngetawain ancam Anggun serius kepada seluruh kru video klip yang mengelilinginya.
Semuanya hanya mengulum senyum sekaligus lega, ternyata Anggun itu benar-benar perempuan.

Mbak Anggun cantik deh, puji salah satu kru.
Iya dong. Sekarang khan aku sudah jadi perempuan

Lho, emang selama ini Mbak Anggun bukan perempuan?
Perempuan sich. Tetapi perempuan yang belum jadi, canda Anggun yang disambut gelak tawa semua kru.

Mbak Ria, aku susah jalannya nich. Gaunnya kesempitan. Kalo aku kejeduk gimana?
Ria Irawan yang sedang sibuk mengarahkan cewek bisu yang menjadi model video klip Anggun, menoleh sebentar.

Kamu enggak usah pake sepatu. Nyeker aja.
What?, Anggun tidak percaya dengan pendengarannya. Pake gaun panjang, tetapi nyeker? Apa tidak terlihat aneh? Tetapi Anggun suka ide itu.

Malam ini Anggun tampak sumringah. Tidak sia-sia dia ngos-ngosan menahan nafas mengenakan gaun panjang ketat demi keinginan tampil beda divideo Kembalilah Kasih.
Malam ini semuanya terbayar. Video itu berhasil menjadi video terbaik sekaligus terfavorit Video Musik Indonesia bulan ini.

Anggun, minggu lalu nonton MTV Hongkong nggak?, tanya salah seorang wartawan yang mewawancarai Anggun.
Enggak Mas. Kenapa?
Video ini tayang disana lho. Mereka bilang videonya bagus, penyanyinya juga OK.

Dan senyum manis Anggun semakin merekah. Anggun memang berharap video itu bisa ditayangkan juga diluar televisi Indonesia.
Sepertinya sudah mulai ada cahaya diujung lorong gelap perjuangannya menuju pentas internasional.
Dan Anggun sadar perjuangan ini baru akan dimulai saat dia akan meninggalkan Indonesia tahun depan. Ya, tahun depan dia akan berangkat ke London bersama Michel - pria Prancis yang kini menjadi manajernya.
Anggun bertekad tidak akan kembali ke Indonesia sebelum berhasil menjadi penyanyi kaliber internasional.

"Sekarang atau tidak sama sekali", bathin Anggun mantap sambil menggenggam erat tropi Video Musik Indonesia ditangannya.

Mata Anggun menerawang ketika menyaksikan beberapa furniture bernuansa etnik yang sedang dikemas kedalam kontainer. Ya, Anggun memang berencana membawa beberapa furniture khas Indonesia ke London, tempat tinggal barunya minggu depan.

Anggun teringat kembali kepada masa-masa awal perjuangannya menembus pentas musik Indonesia dan menjadi salah satu penyanyi terbaik negeri ini.

Anggun terkenang ketika dia pernah menangis disebuah studio rekaman karena merasa diperlakukan tidak adil. Dia masih ingat ketika dia masuk dapur rekaman dengan airmata yang masih membasahi pipinya dan harus take vocal walau emosinya belum stabil sehabis sesegukan menangis.

Masih tidak bisa lupa ketika kepolosan Anggun dalam industri rekaman dulu sempat membuat dia dan ayahnya bolak-balik masuk pengadilan.
Semua kini seolah sudah terbayar.
Di Indonesia siapa yang tidak kenal Anggun C Sasmi? Idola masyarakat Indonesia lintas usia, strata sosial dan letak geografis.

Tetapi minggu depan dia harus berani meninggalkan semuanya demi mengejar ambisi menjajal dan mengembangkan karir musiknya di Eropa.

Mbak Anggun ke London mau sekalian naik kontainer juga?. Teguran seorang pria muda petugas kontainer membuyarkan lamunan Anggun.

Anggun melotot gemas. Enak saja Anggun disuruh naik kontainer, emangnya Anggun barang komoditi ekspor gitu?
Abis, Mbak Anggun serius banget memperhatikan barang-barang yang sedang dikemas
Ya harus serius dong, Mas. Biar Anggun bisa tau barang-barang apa saja yang Anggun bawa. Jangan sampai kejadian Anggun bawa barang orang. Entar dituduh maling khan repot.

Petuga kontainer itu tertawa. Entar ke London naik apa, Mbak?
Naik permadani terbang, jawab Anggun jahil sambil tertawa. Ya, naik pesawat dong. Emang bisa ke London naik bis?

Mbak ngapain sich ke London?
Lhaaku ngapain lagi di Indonesia, coba?, Anggun balik bertanya.
Mbak khan udah terkenal di Indonesia, buat apa lagi pindah kenegeri yang banyak bule?

Anggun tersenyum maklum. Menurut Mas, aku penyanyi yang bagus nggak?
Ya iya dong. Di Indonesia mah Anggun C Sasmi nggak ada lawan
Ih, kok nggak ada lawan sich? Kayak petinju aja.
Maksudku, Mbak Anggun itu penyanyi paling top. Suaranya bagus banget. Kata orang Jawa, gemar ripah loh jinawi.
Apa coba?
Anggun tekikik geli mendengar perumpamaan yang tidak nyambung itu.

Nah, justru karena itu aku ingin pergi ke London, ujar Anggun menjelaskan.
Lho, kok begitu?
Ya iya. Biar orang-orang bule itu tau kalo Indonesia itu punya penyanyi yang bagus.
Oh iya ya. Betul juga. Biar orang bule itu enggak berani menjajah Indonesia lagi ya Mbak?

Anggun mengernyitkan keningnya tanda bingung. Apa hubungannya penyanyi yang bagus dengan penjajahan?. Tetapi Anggun mengiyakan saja daripada repot menjelaskan.
Pinter, seru Anggun sambil mengacungkan jempolnya

Anggun berjalan mantap menyusuri tangga pesawat. Tas punggungnya bergoyang-goyang mengikuti gerak langkah Anggun. Untuk terakhir kalinya Anggun menoleh kebelakang.

Selamat tinggal Indonesia, bisiknya dalam hati. Dia mencoba menahan aliran hangat disudut kedua bola matanya. Tidak boleh menangis, bathin Anggun.

Lewat jendela pesawat dia melayangkan pandangannya keluar. Cuaca sedikit mendung seolah ikut merasakan kehilangan seorang penyanyi kebanggan negeri ini. Tetapi sejenak cuaca berubah cerah, seperti tanda memberi restu akan kepergian Anggun menuju negeri dibenua yang sangat jauh.

Awan biru dan sinar matahari diluar pesawat menjadi saksi ketika disini Anggun berjanji tidak akan kembali ke Indonesia sebelum berhasil menjadi penyanyi kelas dunia.

Seorang pria disebuah ruangan kampus di Jakarta, tiba-tiba menengadah keatas langit lewat jendela kaca ketika pesawat yang membawa Anggun terbang melintasi angkasa.

Dia mungkin tidak pernah tau kalau Anggun berada dalam pesawat itu. Tetapi dia bisa merasakan bahwa cinta yang terpendam sejak bangku SMA itu terasa menjauh dan semakin jauh. Tanpa sadar tangannya melambai kearah langit sampai pesawat itu hilang dibalik kaki langit penuh mega.

Selamat jalan, Anggun. Bawalah cinta ini terbang bersama mimpimu menuju negeri lintas benua dan samudera..


1 komentar: