Anggun Cipta Sasmi (lahir di
Jakarta,
29 April 1974; umur 37 tahun) adalah penyanyi
Indonesia yang saat ini telah memiliki kewarganegaraan
Perancis. Ia merupakan putri dari Darto Singo, seorang seniman Indonesia, dan Dien Herdina, seorang perempuan yang masih kerabat
Keraton Yogyakarta. Ia mengawali kariernya dengan tampil di panggung
Ancol di usia tujuh tahun, lalu merekam album anak-anak dua tahun kemudian. Di bawah bimbingan musisi
Ian Antono, Anggun merekam album studio pertamanya di Indonesia berjudul
Dunia Aku Punya pada tahun 1986. Namun, nama Anggun baru melambung setelah merilis singel berjudul "
Mimpi" pada tahun 1989. Pada usianya yang masih sangat muda Anggun telah berhasil menggapai puncak popularitasnya sebagai penyanyi
rock di Indonesia dengan diraihnya penghargaan "Artis Indonesia Terpopuler 1990-1991".
Pada tahun 1994, Anggun memutuskan untuk meninggalkan Indonesia dan mewujudkan impiannya menjadi artis bertaraf internasional. Dengan bantuan
Erick Benzi, seorang produser besar Perancis, pada tahun 1997, Anggun berhasil merilis album internasional pertamanya berjudul
Snow on the Sahara di 33 negara di seluruh dunia, termasuk
Amerika Serikat yang menjadi baromoeter musik internasional. Sejak saat itu Anggun telah menghasilkan sebanyak lima album internasional yang direkam dalam multi-bahasa, terutama
bahasa Inggris dan
bahasa Perancis. Anggun juga telah berkolaborasi dengan banyak artis mancanegara, termasuk di antaranya
Julio Iglesias,
Peter Gabriel, dan
Pras Michel dari grup
The Fugees.
Anggun sering dijuluki sebagai "
Diva Indonesia" oleh media dalam dan luar negeri. Ia merupakan penyanyi Indonesia pertama yang berhasil menerobos blantika musik internasional. Anggun juga merupakan artis Asia pertama yang mampu menembus tangga musik di Eropa dan Amerika. Album-albumnya telah meraih penghargaan gold dan platinum di beberapa negara Eropa. Beberapa penghargaan telah diraih Anggun atas pencapaiannya, termasuk di antaranya anugerah prestisius "Chevalier des Arts et Lettres" dari pemerintah Perancis. Anggun juga telah dua kali didaulat menjadi juru bicara
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yaitu duta Mikrokredit pada tahun 2005 dan duta
Food and Agriculture Organization (FAO) pada tahun 2009.
Kehidupan dan karier
1974–1993: Masa kecil dan perjalanan karier di Indonesia

Anggun merupakan putri pertama dari pasangan Darto Singo, seorang
seniman Indonesia dengan Dien Herdina, seorang ibu rumah tangga yang masih keturunan
keraton Yogyakarta. Anggun menempuh pendidikan dasarnya di sebuah sekolah
Katolik di Jakarta, meskipun Anggun sendiri adalah seorang
Muslim. Anggun dibesarkan dalam keluarga yang penuh seni. Sejak usia tujuh tahun Anggun digembleng latihan vokal setiap hari oleh ayahnya. Anggun diajarkan berbagai latihan teknik vokal dengan penuh disiplin. Tidak hanya itu, Anggun juga diajarkan bermain
piano. Dengan dimanajeri ibunya, Anggun kemudian mulai tampil di atas panggung, meskipun sering hanya dengan imbalan nasi bungkus. Pada usia sembilan tahun, Anggun mulai menciptakan lagu-lagunya sendiri dan mulai merekan album anak-anak.
Saat menginjak usia 12 tahun, Anggun meluncurkan album
rock pertamanya berjudul
Dunia Aku Punya (1986). Album tersebut diproduseri oleh gitaris terkenal Indonesia,
Ian Antono. Sayangnya, album ini tidak mampu mengangkat namanya. Anggun baru meroket di blantika musik Indonesia setelah merilis singel berjudul "
Mimpi" pada tahun 1989. Menurut majalah
Rolling Stone, "Mimpi" merupakan salah satu dari "150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa"
. Popularitas Anggun terus melejit dengan dirilisnya sederet singel seperti "
Tua Tua Keladi" dan "
Takut". Anggun kemudian berhasil meraih penghargaan sebagai "Artis Indonesia Terpopuler 1990-1991". Setelah sukses dengan singel, Anggun kembali merilis
album studio berjudul
Anak Putih Abu Abu (1991), yang disusul dengan
Nocturno (1992). Pada usianya yang masih belia, Anggun telah berhasil melejit sebagai salah satu penyanyi rock paling sukses di paruh awal
1990-an. Album-albumnya terjual hingga jutaan kopi dan singel-singelnya merajai
tangga lagu di Indonesia.
Di tengah puncak popularitasnya, Anggun memutuskan untuk menikah muda pada tahun 1992 dengan Michel Georgea, seorang
insinyur berkebangsaan
Perancis. Mereka pertama kali bertemu saat Anggun mengadakan tur konser di
Kota Banjarmasin. Michael kemudian diangkat menjadi manager Anggun. Pada usia 19 tahun, Anggun berhasil menjadi penyanyi termuda yang mendirikan
perusahaan rekamannya sendiri, Bali Cipta Records. Ia juga terjun langsung sebagai
produser rekaman sehingga lebih bebas dalam menggarap albumnya sendiri. Anggun kemudian merilis album studio terakhirnya di Indonesia berjudul
Anggun C. Sasmi... Lah!!! pada tahun 1993. Singel pertamanya, "Kembalilah Kasih (Kita Harus Bicara)", kembali mencetak sukses dan videonya sempat menembus
MTV Hong Kong. Anggun pun merasa tidak puas dengan kesuksesannya di Indonesia dan mulai memimpikan karier sebagai penyanyi bertaraf internasional.
1994–1996: Meninggalkan Indonesia dan permulaan di Eropa
Pada tahun 1994, Anggun meluncurkan sebuah album kompilasi terbaik berjudul
Yang Hilang yang memuat lagu-lagu hit Anggun selama di Indonesia. Setelah itu, Anggun menjual perusahaan rekamannya dan hijrah ke Eropa untuk mewujudkan impiannya menjadi penyanyi internasional. Bersama suaminya Michel Georgea, Anggun menetap di
London,
Inggris selama setahun untuk memulai kariernya lagi dari nol. Ia rajin mengirim
demo rekaman ke berbagai
studio di Inggris dan juga pergi ke klub-klub untuk memperkenalkan dirinya sebagai penyanyi.
Biaya hidup yang tinggi di London membuat uang hasil penjualan perusahaan rekaman Anggun habis sedikit demi sedikit. Anggun pun harus menerima kekecewaan berbulan-bulan kemudian tatkala semua demo rekamannya tidak mendapat respon positif. Anggun akhirnya berada pada kesimpulan bahwa ia tidak akan memiliki masa depan di Inggris dan berencana untuk memulai karier di negara Eropa lain. Ia sempat berniat pindah ke
Belanda, namun kemudian ia beralih ke
Perancis.
Dua tahun setelah meninggalkan Indonesia, Anggun akhirnya berhasil bertemu dengan
Erick Benzi, salah seorang produser besar Perancis yang pernah menggarap album sejumlah penyanyi kenamaan seperti
Celine Dion,
Jean-Jacques Goldman dan
Johnny Hallyday. Benzi terpikat oleh kemampuan vokal Anggun dan seketika menawarkannya untuk rekaman album. Anggun setuju dan memutuskan untuk mempelajari
bahasa Perancis secara otodidak. Anggun kemudian berhasil mendapat kontrak
Columbia Records di Perancis dan berkesempatan mengikuti audisi label induknya
Sony Music International di
Manila,
Filipina. Dalam audisi tersebut, Anggun berhasil menyisihkan para penyanyi dari berbagai negara hingga akhirnya berhasil mendapat kontrak Sony untuk album yang akan diedarkan secara internasional.
1997–1999: Snow on the Sahara dan kesuksesan internasional

Pada tahun 1997, Anggun merilis album berbahasa Perancis pertamanya berjudul
Au nom de la lune.
Yang paling menonjol dari album ini adalah perubahan total jalur musik Anggun, dari musik
rock yang bertahun-tahun digelutinya menjadi musik
pop etnik dengan sentuhan bunyi-bunyian instrumen tradisional Indonesia. Anggun mengatakan, "Saya ingin memperkenalkan Indonesia, tetapi dengan cara yang progresif, dalam lirik, dalam suara, tetapi yang paling utama melalui diri saya sendiri." Singel pertama Anggun "
La neige au Sahara" langsung menjadi hit dan tercatat sebagai lagu yang paling sering diputar di radio-radio Perancis tahun 1997. Album pertama Anggun tersebut berhasil mereguk sukses dengan penjualan lebih dari 150.000 kopi di Perancis dan Belgia. Anggun juga berhasil menjadi nominator untuk "Pendatang Baru Terbaik" di Victoires de la Musique, penghargaan tertinggi bagi industri musik Perancis.
Anggun menggebrak pasar musik internasional dengan meluncurkan versi bahasa Inggris dari album pertamanya yang diberi judul
Snow on the Sahara di 33 negara di
Asia,
Eropa, dan
Amerika. Selain berisi lagu-lagu yang diadaptasikan dari album
Au nom de la lune, Anggun juga mendaur ulang lagu lawas milik penyanyi
David Bowie berjudul "
Life on Mars?". Untuk pasar Asia Tenggara, Anggun menyertakan sebuah lagu berbahasa Indonesia berjudul "
Kembali". Singel pertama Anggun "
Snow on the Sahara" berhasil meraih sukses dan menempati peringkat pertama di Italia, Spanyol, dan beberapa negara di Asia. Lagu tersebut juga mencapai posisi lima besar pada
UK Club Chart di
Inggris dan digunakan sebagai lagu promosi jam tangan mewah dunia
Swatch. Album
Snow on the Sahara berhasil terjual lebih dari satu juta keping di seluruh dunia dan meraih penghargaan Diamond Export Award. Album ini juga menyandang rekor sebagai album penyanyi Asia dengan penjualan paling tinggi di luar Asia.
Di
Amerika Serikat, yang merupakan kiblat musik dunia,
Snow on the Sahara dirilis pada Mei 1998 oleh
Epic Records. Anggun melakukan tur selama sembilan bulan di negara itu untuk mempromosikan albumnya.
Saat berada di sana, Anggun diundang oleh penyanyi Kanada
Sarah McLachlan untuk tampil di Lilith Fair, sebuah festival musik wanita berkeliling Amerika. Anggun juga tampil sebagai artis pendukung dalam tur konser beberapa artis seperti
The Corrs dan
Toni Braxton. Anggun sempat muncul di berbagai media cetak Amerika, seperti majalah
Billboard dan
Rolling Stone. Anggun juga beberapa kali tampil di televisi Amerika, seperti dalam acara The
Rosie O'Donnell Show dan
New York Sessions at West 54th, serta wawancara eksklusif di
CNN dalam program
World Beat.
Anggun berhasil menoreh sejarah dengan menjadi artis Asia pertama yang menembus tangga musik
Billboard. Singel "Snow on the Sahara" mencapai posisi 16 di
Billboard Hot Dance/Club Play serta posisi 19 di
Billboard Border Breakers Chart. Lagu Anggun juga menduduki posisi kedua setelah
Celine Dion pada daftar singel terfavorit jurnalis
Billboard tahun 1998. Meskipun cukup fenomenal, album Anggun ini terbilang gagal di Amerika dan tidak mampu menembus tangga album
Billboard 200. Album ini menduduki peringkat 23 di
Billboard Heat Seekers Chart dan sampai saat ini terjual sekitar 200.000 keping di seluruh Amerika.
2000–2003: Chrysalis, Open Hearts dan era kolaborasi
Anggun akhirnya resmi becerai dengan Michel Georgea pada tahun 1999. Setahun kemudian, ia juga memutuskan untuk memperoleh kewarganegaraan Perancis. Langkah ini diambil Anggun akibat buruknya pelayanan birokrasi di
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang sangat menyulitkan dirinya sebagai penyanyi yang setiap saat bepergian ke berbagai negara, terutama saat mempromosikan album internasional pertamanya. Meskipun demikian, dalam wawancara dengan Kick Andy tahun 2006, Anggun mengatakan "Buat saya yang ganti kan cuma warna buku kecilnya [paspor]... Tulang saya tetap putih dan darah saya merah. Saya tetap anak Indonesia."
Pada tahun 2000, Anggun meluncurkan album berbahasa Perancis keduanya berjudul
Désirs contraires dengan singel andalan "
Un geste d'amour". Album ini masih diproduseri
Erick Benzi dan memuat jenis musik pop elektronik serta elemen ambient dan R&B. Namun, album ini gagal mengulang kesuksesan album pertama Anggun dan hanya terjual sebanyak 30.000 kopi di Perancis. Untuk versi internasional yang diberi judul
Chrysalis, Anggun menulis semua lirik lagu dalam bahasa Inggris. Album internasional kedua Anggun tersebut dirilis serentak di 15 negara pada tanggal 8 September 2000. Singel pertama dari album ini, "
Still Reminds Me", berhasil menjadi hit di berbagai radio di kawasan Eropa dan Asia. Lagu ini mencapai peringkat tiga di
Italia dan sepuluh besar di
Jepang.
Singel tersebut juga menduduki posisi lima besar
The Music & Media Europe Border Breakers Chart. Khusus pasaran
Asia Tenggara, Anggun menyelipkan sebuah singel berbahasa Indonesia berjudul "
Yang 'Ku Tunggu". Tidak seperti versi berbahasa Perancis-nya,
Chrysalis tetap menjadi album multi-platinum dan berhasil meraih penghargaan gold di Italia hanya dalam waktu seminggu.

Pada akhir tahun 2000, Anggun mendapat undangan untuk tampil bersama penyanyi rock Kanada
Bryan Adams pada konser
Natal di
Vatikan. Anggun kemudian menggelar tur pertamanya keliling Eropa dan Asia. Konser pertama Anggun dimulai di Le Bataclan, Perancis pada 1 Februari 2001 dan berakhir di Kallang Theater,
Singapura pada 30 April 2001. Setelah itu, Anggun mulai terlibat dalam banyak proyek kolaborasi. Dari banyak kolaborasi yang dilakukannya pada perode itu yang cukup sukses yaitu bersama DJ Cam dalam lagu jazz "
Summer in Paris", bersama Deep Forest pada lagu bercengkok
Sunda "Deep Blue Sea" serta duet bersama penyanyi rock terkenal Italia, Piero Pelù dalam singel "
Amore Immaginato". Singel duet Anggun dengan Piero Pelù berhasil menduduki posisi puncak
Italian Airplay Chart selama dua bulan. Anggun juga terlibat dalam proyek besar dua film
Skandinavia, yaitu
Anja & Viktor (2001) dan
Open Hearts (2002).
Anggun merilis sebuah lagu berjudul "Rain (Here Without You)" untuk
Anja & Viktor. Untuk
Open Hearts, Anggun merilis sebuah
album soundtrack pada tahun 2002. Di album berbahasa Inggris ketiga ini, Anggun bekerja sama dengan dua musisi asal
Denmark, Jesper Winge Leisner and Niels Brinck. Singel dari album ini, "
Open Your Heart", dinominasikan meraih penghargaan "Lagu Terbaik" pada Robert Awards 2003, anugerah tertinggi industri perfilman Denmark.
Pencapaian karier Anggun mengantarkannya meraih sejumlah apresiasi. Ia dianugerahi penghargaan "The Cosmopolitan Asia Women Award" pada tahun 2000 serta "The Women Inspire Award" pada tahun 2002, sebagai penyanyi yang memberi inspirasi kepada seluruh wanita Asia atas kariernya sebagai penyanyi solo asal Asia yang sukses di dunia internasional. Pada Januari 2003, Anggun hadir di MIDEM Awards untuk menerima penghargaan prestisius, Diamond Award, yang diserahkan langsung oleh Menteri Kebudayaan Perancis. Penghargaan tersebut mengukuhkannya menjadi salah satu penyanyi berbahasa Perancis tersukses di luar Perancis. Pada tahun 2003 Anggun memutuskan untuk menghentikan kerja samanya dengan Sony Music, meskipun kotraknya belum selesai. Langkah ini diambil Anggun akibat telah berubahnya struktur perusahaan itu di berbagai negara. Anggun juga memutuskan pindah ke
Montreal,
Kanada. Di sini pula Anggun kemudian bertemu jodoh dengan Olivier Maury, seorang sarjana
politik Kanada dan mereka menikah pada tahun 2004.
2004–2006: Luminescence

Anggun menandatangani kontrak dengan Heben, sebuah label independen Perancis. Dalam distribusi album, Anggun dibantu oleh
Sony BMG untuk wilayah Eropa dan
Universal untuk wilayah Asia. Anggun meluncurkan album studio ketiganya
Luminescence pada tahun 2005. Berbeda dengan album-album sebelumnya, kali ini untuk versi bahasa Perancis dan bahasa Inggris dirilis dengan judul yang sama. Selain itu, di album ini posisi
Erick Benzi sebagai produser telah digantikan oleh beragam musisi Perancis seperti Jean-Pierre Taieb, Lionel Florence, Evelyn Kraal, dan Jean Faque. Pada album ini, selain menggarap musik pop dan beberapa unsur R&B, Anggun juga kembali ke akar musik rock yang pernah menjadi cirinya di awal karier.
Singel pertama dari album ini, "
Être une femme" atau "
In Your Mind", telah dinobatkan sebagai Lagu Paling Populer Tahun 2004 oleh
Radio France International, sebuah stasiun radio bertaraf internasional di Perancis. Singel "
Saviour" terpilih sebagai soundtrack dari film laris
Transporter 2. "Undress Me" juga dirilis sebagai singel di beberapa negara dan mencapai peringkat pertama tangga lagu Turki dan Lebanon. Melalui Luminescence, Anggun melebarkan popularitasnya di negara-negara
Timur Tengah dan
Eropa Timur. Luminescence dirilis ulang pada tahun 2006 dengan tambahan tiga lagu baru, termasuk singel "
I'll Be Alright" atau "Juste avant toi". Anggun kemudian juga melakukan duet dengan penyanyi legendaris asal Spanyol Julio Iglesias dalam lagu "All for You".
Anggun menerima sebuah penghargaan prestisius "Chevalier des Arts et Lettres" dari pemerintah Perancis atas prestasi karier dan kontribusinya pada budaya Perancis di seluruh dunia. Anggun juga ditunjuk sebagai juru bicara
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Skim Mikrokredit, sebuah program pengentasan kemiskinan di seluruh dunia. Anggun juga terpilih menjadi ambassador bagi Audemars Piguet, sebuah perusahaan jam tangan mewah dunia asal
Swiss.
Pada tanggal 25 Mei 2006, Anggun menggelar konser terbesarnya di Indonesia bertajuk
Konser Untuk Negeri di
Jakarta Convention Center. Tiket sebanyak 5.000 lembar habis terjual dan konser berjalan sukses. Anggun kemudian menerima penghargaan khusus dari
Anugerah Musik Indonesia sebagai "Artis Internasional Terbaik". Anugerah khas itu diberikan atas keberhasilannya mengukir nama di luar negeri dan menaikan nama industri musik Indonesia di mata internasional. Anggun menutup tahun itu dengan merilis sebuah album kompilasi terbaik,
Best Of, di Indonesia dan Malaysia. Album ini menampilkan hits Anggun selama karier internasionalnya, ditambah tiga lagu lawas Anggun—"Mimpi", Bayang-Bayang Ilusi", dan "Takut"—yang dinyanyikan ulang dengan aransemen musik Andy Ayunir dan Orkestra Saunine.
Best-Of juga dirilis untuk pasaran Italia dengan daftar lagu berbeda dan lagu "I'll Be Alright" sebagai singel andalannya.
2007–2010: Kelahiran anak pertama dan Elevation

Setelah pernikahannya dengan Olivier Maury kandas pada tahun 2006, Anggun menjalin hubungan penulis Perancis Cyril Montana, yang akhirnya berlanjut ke jenjang pernikahan. Anggun melahirkan putri pertama mereka bernama Kirana Cipta Montana Sasmi pada 8 November 2007.
Pada awal tahun 2007, Anggun menulis dua lagu untuk
Julian Cely, salah seorang penggemarnya dari Perancis yang merilis album pertamanya di Indonesia. Anggun juga terlibat dalam penggarapan film dokumenter bertema
lingkungan hidup produksi
BBC berjudul
Un jour sur terre atau
Earth. Anggun bertindak sebagai narator dan merilis singel soundtrack film tersebut. Anggun juga didaulat sebagai "Marraine des Prix Micro-Environnement" (duta lingkungan hidup) oleh
National Geographic Channel dan Kementrian Ekologi dan Pembangunan Berkelanjutan Perancis. Anggun berhasil meraih penghargaan "Le grand couer de l'annee" atas kontribusinya dalam sejumlah permasalahan sosial dan lingkungan hidup di Perancis. Pada bulan Desember 2007, Anggun untuk kedua kalinya mendapat undangan dari
Vatikan untuk tampil di konser Natal di Verona, Italia. Anggun juga tampil di World Music Awards 2008 dengan membawakan lagu "No Stress" bersama DJ
Laurent Wolf.
Album studio keempat Anggun berjudul
Elevation dirilis pada akhir tahun 2008. Kali ini Anggun mengganti aliran musiknnya menjadi
hip-hop dan
urban. Anggun menggandeng produser hip hop asal Amerika Serikat, Tefa dan Masta. Ia juga berkolaborasi dengan sejumlah penyanyi rap yaitu
Pras Michel (peraih
Grammy Awards dan mantan personil grup
The Fugees), Sinik dan Big Ali, serta
Laurent Wolf dan Tomer G. untuk meremix lagu-lagunya. Singel pertama album ini yaitu "
Si tu l'avoues" untuk pasaran Perancis, "Crazy" untuk pasaran internasional, serta "Jadi Milikmu" untuk pasaran Indonesia. Di Rusia, Elevation dirilis dengan tambahan sebuah lagu berjudul "О нас с тобой", versi bahasa Rusia dari lagu "No Song" yang dibawakan duet oleh Anggun dengan penyanyi berkebangsaan Rusia Max Lorens. Di Indonesia, sebelum dirilis resmi pada 1 Desember 2009, album ini telah mendapat penghargaan double platinum, menjadikannya album dengan penjualan tercepat sepanjang karier Anggun di Indonesia. Sayangnya, album ini juga menjadi album studio dengan penjualan terendah sepanjang karier internasional Anggun.
Pada era ini, Anggun kembali menjadi duta produk komersial, yaitu untuk sampo Pantene dan susu Anlene. Pada akhir tahun 2009, Anggun kembali ditunjuk oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kali ini sebagai duta organisasi pangan internasional
Food and Agriculture Organization (FAO) dalam misi pengentasan kelaparan di seluruh dunia. Anggun kemudian juga didaulat oleh mantan Presiden Amerika Serikat
Bill Clinton sebagai juru bicara Healthy Water Fundraising Program. Selain itu, Anggun diangkat sebagai salah satu juri dalam kontes kecantikan Miss France 2009. Pada awal tahun 2010, penyanyi populer Portugal Mickael Carreira mengajak Anggun untuk berduet dalam lagu "Chama por me (Call My Name)" dan tampil dalam konser tunggalnya di
Lisboa,
Portugal tanggal 26 Februari 2010. Anggun juga berkolaborasi dengan musisi Jerman Schiller dalam lagu "Always You" dan "Blind" untuk album Schiller berjudul
Atemlos. Anggun bersama Schiller juga menggelar tur konser keliling Jerman selama bulan Maret 2010.
2010–sekarang: Echoes

Pada tahun 2011, Anggun akan meluncurkan album kelimanya berjudul
Echoes untuk versi berbahasa Inggris dan
Echos untuk versi berbahasa Perancis. Ini merupakan album internasional pertama yang diproduseri sendiri oleh Anggun dan digarap oleh perusahaan rekaman miliknya sendiri April Earth. Untuk distribusi album, ia dibantu Warner Music untuk wilayah Eropa dan Sony Music untuk Asia bagian Timur. Di album ini Anggun menyajikan jenis musik pop organik dengan lirik yang filosofis dan banyak bercerita tentang kehidupan. Anggun dibantu oleh beberapa musisi ternama seperti Gioacchino, Pierre Jaconelli, Jean-Pierre Pilot, dan William Rousseau. Album ini berhasil meraih platinum di Indonesia di minggu pertama perilisannya. Singel pertama dari album ini adalah "
Only Love" untuk pasar internasional dan "Hanyalah Cinta" untuk Indonesia. Versi bahasa Perancisnya, "Mon meilleur amour", dirilis sebagai singel promosi dan langsung menduduki peringkat pertama
French International Airplay Chart, tangga lagu bagi singel Perancis yang paling diputar di seluruh dunia.
Keartisan, citra dan pencapaian

Anggun dikenal sebagai penyanyi yang memiliki jenis vokal
kontralto yang tebal dan jangkauan suara yang lebar yang disertai aksen atau cengkok khas Indonesia. Pada saat merilis album
Snow on the Sahara banyak pengamat musik internasional yang memuji suara Anggun dan sering menyebutnya "
Annie Lennox dari Asia". Anggun sendiri telah dilatih vokal dengan keras oleh ayahnya Darto Singo sejak umur tujuh tahun. Pada awal kariernya, Anggun banyak dipengaruhi oleh penyanyi dan grup musik bergenre
rock seperti
Guns N' Roses,
Bon Jovi, dan
Megadeth, sehingga album-albumnya selama di Indonesia tidak lepas dari jalur musik rock. Namun, sejak beralih menjadi penyanyi internasional, jenis musik Anggun lebih variatif dan selalu berbeda di setiap albumnya. Selain musisi-musisi tersebut, Anggun juga mengaku mengidolakan Sheila Chandra,
Sting,
David Bowie, dan
The Beatles.
Pada awal kariernya sebagai penyanyi rock, Anggun terkenal dengan penampilannya yang
tomboi dan khas—menggunakan baret miring, celana pendek, jaket paku-paku dan ikat pinggang besar—yang sempat menjadi tren di awal
1990-an. Namun, sejak menjadi penyanyi internasional, Anggun mengubah total gaya berbusananya menjadi lebih feminin dan seksi, melalui penampilan khas wanita Indonesia dengan rambut hitam panjang dan kulit sawo matang. Majalah
Herworld telah menobatkan Anggun sebagai inspirasi wanita berambut lurus panjang selama dekade
2000-an. Untuk menunjang penampilannya Anggun telah banyak dibantu para
perancang busana dunia seperti Azzedine Alaïa,
Dolce & Gabbana, dan Roberto Cavalli.
Meskipun telah sukses sebagai seorang penyanyi, Anggun tidak pernah melebarkan sayap kariernya ke bidang lain di luar musik. Saat menggelar promosi album internasional pertamanya di televisi
Amerika Serikat, Anggun sempat ditawarkan sutradara
Hollywood untuk bermain di film
James Bond: The World Is Not Enough dan
High Fidelity. Namun, kedua peran tersebut ditolak Anggun dan akhirnya diberikan pada aktris
Sophie Marceau dan
Lisa Bonet. Anggun mengatakan "Aku lahir sebagai penyanyi. Aku tidak akan mencoba profesi lain karena menurutku masih banyak orang yang memang dilahirkan untuk menjadi bintang film atau model. Aku merasa panggilan jiwaku adalah musik." Selain itu, Anggun juga cenderung selektif dalam memilih produk iklan yang dibintanginya.
Anggun merupakan penyanyi pertama dari
Asia yang benar-benar mampu menerobos industri musik internasional di luar Asia. Tidak seperti para penyanyi
kulit hitam, orang-orang Asia masih sulit mendapat tempat di blantika musik Eropa dan Amerika. Kesuksesan Anggun secara langsung atau tidak telah membuka jalan bagi penyanyi-penyanyi lain dari Asia. Setelah Anggun baru muncul sederet nama penyanyi Asia yang mencoba menggarap pasar musik Eropa atau Amerika seperti
Coco Lee,
Utada Hikaru,
BoA, atau
Tata Young. Penyanyi Hong Kong
Coco Lee bahkan mengaku terinspirasi oleh Anggun saat hendak meluncurkan album internasional pertamanya
Just No Other Way (1999). Anggun sendiri mengatakan, "Saya rasa sudah saatnya orang-orang [luar Asia] tahu lebih banyak tentang Asia, tidak hanya sekedar tempat liburan."